Pages

Subscribe:

Jumat, 28 Desember 2012

Siapa itu Melkisedek ?

oleh: P. William P. Saunders *
Siapa itu Melkisedek?
Saya mendengar namanya disebut dalam Doa Syukur Agung pada waktu Misa.
~ seorang pembaca di Springfield

Melkisedek muncul dalam Kitab Kejadian (14:18-20). Abraham kembali dari mengalahkan Raja Kedorlaomer dan ketiga raja lainnya yang bersama-sama dengan dia. Pada waktu itulah Abraham disambut oleh Melkisedek, Raja Salem, yang juga “seorang imam Allah Yang Mahatinggi”. (Menarik disimak, kata Melkisedek berarti “raja kebenaran” dan Salem berarti “damai sejahtera”.) Melkisedek membawa roti dan anggur kepada Abraham, dan memberkatinya dengan kata-kata berikut, “Diberkatilah kiranya Abram oleh Allah Yang Mahatinggi, Pencipta langit dan bumi, dan terpujilah Allah Yang Mahatinggi, yang telah menyerahkan musuhmu ke tanganmu” (Kej 14:19-20). Patut diingat bahwa roti dan anggur biasa dipersembahkan dalam kurban persembahan di antara “hasil bumi pertama” sebagai ucapan syukur kepada sang Pencipta. Meskipun Melkisedek secara teknis adalah seorang imam kafir, ia mengenal satu allah yang esa, dan menyebut-Nya sebagai, “Allah Yang Mahatinggi,” sama seperti orang Yahudi. Abraham menerima berkat dan persembahan ini, lalu memberikan kepada Melkisedek sepersepuluh dari segala rampasan yang paling baik. Tetapi, setelah perjumpaan ini, Melkisedek hilang dari kisah Kejadian.

Melkisedek disebut kembali dalam Mazmur 110, “TUHAN telah bersumpah, dan Ia tidak akan menyesal: `Engkau adalah imam untuk selama-lamanya, menurut Melkisedek'” (Mzm 110:4). Mazmur ini dianggap sebagai salah satu mazmur Mesianik yang terpenting, yang menggambarkan Mesias yang akan datang, Tuhan kita Yesus Kristus, sebaga Raja, Imam dan Penakluk.

Mungkin St Paulus, yang menurut tradisi dianggap sebagai pengarang Surat kepada Jemaat di Ibrani, adalah promotor terbesar Melkisedek (lih Bab 5-9). St Paulus mempergunakan pribadi Melkisedek untuk menggambarkan ajaran kurban imamat seperti yang ditetapkan oleh Kristus. St Paulus memulainya dengan “Setiap imam besar, yang dipilih dari antara manusia, ditetapkan bagi manusia dalam hubungan mereka dengan Allah, supaya ia mempersembahkan persembahan dan korban karena dosa” (Ibrani 5:1). Kendati kelemahan manusiawi, manusia dipanggil oleh Allah untuk menjadi seorang imam.

St Paulus kemudian memperbandingkan imamat Melkisedek dengan imamat Harun, yaitu imamat kaum Lewi. Imamat Harun berdasarkan keturunan yang berasal dari Abraham. Para imam sesudah Harun berasal dari keluarganya, dari kaum Lewi, dan ditunjuk sebagai imam karena keturunan mereka. Juga, para imam ini mempersembahkan kurban Perjanjian Lama.
Kebalikan dari imamat Lewi adalah Imamat Kristus, yang dipralambangkan oleh imamat Melkisedek. Pertama-tama, Melkisedek tidak bersilsilah dalam Perjanjian Lama, dan imamatnya tidak berdasarkan keturunan. Kristus, sama seperti Melkisedek, adalah imam karena penetapan ilahi dan imamat-Nya tidak berdasarkan pada ikatan keturunan.
Kedua, Abraham mengenali Melkisedek, raja dan imam, dengan menerima berkat dan mempersembahkan kepada Melkisedek sepersepuluhannya. Tindakan merendahkan diri yang begitu rupa ini menunjukkan bahwa imamat yang berasal dari Abraham lebih rendah tingkatannya dari imamat Melkisedek. Tindakan ini juga merupakan pratanda bahwa imamat Lewi akan digantikan oleh imamat yang lebih agung, sempurna dan rajawi, yaitu imamat Kristus.

Ketiga, Melkisedek mempersembahkan roti dan anggur sebagai ucapan syukur kepada Allah, mempralambangkan apa yang dilakukan Kristus pada Perjamuan Terakhir.

Keempat, Melkisedek berasal dari “bangsa-bangsa lain”. Kristus datang untuk menyelamatkan bukan hanya dari keturunan Israel, melainkan juga segenap umat manusia dari berbagai bangsa. Di samping itu, nama dan gelar Melkisedek sendiri mengandung arti “raja kebenaran, raja damai sejahtera”; Yesus masuk ke dalam dunia guna menyatakan kebenaran dan membawa damai sejahtera.

Terakhir, Melkisedek bukanlah seorang imam dari Perjanjian Lama. Kristus sebagai imam mempersembahkan kurban sempurna bagi penebusan dosa dan membuat perjanjian yang baru, sempurna serta kekal abadi dengan darah-Nya Sendiri.

Pada intinya, Surat kepada Jemaat di Ibrani menguraikan kisah Melkisedek dan menyusun suatu gambaran yang mempralambangkan Kristus, yang akan menggenapi Perjanjian Lama dan imamat.

Para Bapa Gereja perdana dengan jelas memahami serta menerima gambaran ini. St Siprianus dari Kartago (wafat thn 258) dalam Suratnya kepada Cecil, mengajarkan, “Juga dalam imam Melkisedek kita melihat Sakramen Kurban Kristus dipralambangkan, sesuai dengan yang diwartakan dalam Kitab Ilahi, di mana dikatakan, `Melkisedek, raja Salem, membawa roti dan anggur; ia seorang imam Allah Yang Mahatinggi. Lalu ia memberkati Abram.' Melkisedek sesungguhnya serupa dengan Kristus, seperti dimaklumkan dalam mazmur oleh Roh Kudus, yang mengatakan kepada Putra, seolah dari Bapa: “Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini. Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek.” Imamatnya pastilah yang berasal dari kurban-Nya dan yang berasal dari pada-Nya: sebab Melkisedek adalah imam Allah Yang Mahatinggi; sebab ia mempersembahkan roti, dan sebab ia memberkati Abraham. Dan siapakah yang lebih tinggi dari imam Allah Yang Mahatinggi selain daripada Tuhan kita Yesus Kristus, yang, ketika Ia mempersembahkan kurban kepada Allah Bapa, mempersembahkan persembahan yang sama seperti yang dipersembahkan Melkisedek, yaitu roti dan anggur, yang sesungguhnya adalah Tubuh dan Darah-Nya.”

St Sirilus dari Yerusalem dalam Pengajaran Katekesenya (Mystagogicæ 5) juga menyebut kurban Melkisedek sebagai “semacam” pratanda Ekaristi Kudus.

Gereja menghormati gambaran akan Melkisedek ini. Katekismus Gereja Katolik mengajarkan: “Melkisedek, `imam Allah yang Mahatinggi', dipandang oleh tradisi Kristen sebagai `pratanda' imamat Kristus, `imam besar satu-satunya menurut peraturan Melkisedek'. Kristus itu `kudus, tanpa salah, tanpa noda' dan `oleh satu kurban saja… Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan', yaitu oleh kurban di salib-Nya, satu kali untuk selamanya” (#1544). Di samping itu: “Gereja melihat di dalam tindakan Melkisedek, raja dan imam, yang membawa `roti dan anggur', satu pratanda bahan persembahannya sendiri” (# 1333). Oleh sebab itulah, dalam Doa Syukur Agung I, sesudah konsekrasi imam berdoa: “Sudilah memandang persembahan ini dengan hati yang rela dan wajah berseri; dan sudilah menerimanya seperti Engkau berkenan menerima persembahan hamba-Mu Habel dan kurban leluhur kami Abraham, dan seperti Engkau berkenan menerima kurban suci dan tak bernoda yang dipersembahkan kepada-Mu oleh Melkisedek, Imam Agung-Mu.”

* Fr. Saunders is pastor of Queen of Apostles Parish and dean of the Notre Dame Graduate School of Christendom College, both in Alexandria.
sumber : “Straight Answers: Who Was Melchizedek?” by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright ©1999 Arlington Catholic Herald, Inc. All rights reserved; www.catholicherald.com
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald.”

0 komentar:

Posting Komentar